Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas Kedu


A. PROFIL KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan asuhan yang dilakukan di Puskesmas Kedu, Temanggung. Melakukan pelayanan asuhan pada anak pra sekolah dan lansia. Aspek pelayanan asuhan meliputi kegiatan : 

Promotif, Preventif dan kuratif terbatas.

1. PELAYANAN ASUHAN PADA LANSIA

A. Promotif pada Lansia di wilayah Puskesmas Kedu , Tepatnya di Desa Salamsari 

Aspek promotif pada pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat lansia adalah penyuluhan tentang gigi palsu/prosto , yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pada kelompok masyarakat lansia tentang pentingnya gigi palsu bagi lansia.

Materi penyuluhan lansia klik disini

2. PELAYANAN ASUHAN PADA ANAK PRA SEKOLAH

A. Promotif Pada Anak Pra Sekolah

Aspek promotif pada pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di TK II Darmawanita Kedu, adalah penyuluhan tentang keberdihan gigi dan mulut dan cara menggosok gigi yang benar , yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan penegtahuan pada kelompok Pra sekolah.

B. Preventif Pada Anak Pra Sekolah yang dilakukan adalah pemolesan disclosing dan sikat gigi bersama

Materi penyuluhan anak pra sekolah klik disini


B. ISU KESEHATAN GIGI DAN MULUT UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KESEHATAN

Di Indonesia masalah kesehatan masih menjadi topik utama dalam kesejahteraan masyarakat. Maka pemerintah membuat program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dimana program ini adalah Program Jaminan Kesehatan Nasional, program ini lebih diutama untuk menyembuhkan yang sakit, Penerapan paradigma sehat membuat yang sehat makin sehat, tidak menjadi sakit mengutamakan Promotif dan Preventif. 

Isu Strategis Pembangunan Kesehatan 2016: 
  1. Peningkatan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang berkualitas bagi ibu dan anak 
  2. Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta penyehatan lingkungan 
  3. Peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata 
  4. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan, Peningkatan ketersediaan , pemerataan, keterjangkauan, jaminan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu obat, alat kesehatan, dan makanan, serta daya saing produk dalam negeri 
  5. Peningkatan Akses Pelayanan KB Berkualitas yang Merata. 
Sebagai Sarjana Sains Terapan dibidang Keperawatan Gigi hal yang bisa dilakukan agar Kesehatan gigi dapat mendukung percepatan pembangunan kesehatan sesuai dengan isu diatas salah satunya adalah dengan peningkatan profesionalisme dan pendayagunaan tenaga kesehatan yang merata. bahwa permasalahan kesehatan gigi dan mulut telah meluas hingga separuh dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia dan terlihat adanya provinsi-provinsi yang perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah karena memiliki prevalensi karies aktif dan indeks DMFT yang tetap tinggi dari tahun 2007- 2013. Provinsi-provinsi tersebut untuk daerah sumatera yaitu provinsi jambi dan sumatera Barat, untuk daerah jawa yaitu provinsi DIY Yogyakarta dan Jawa Timur, hampir seluruh provinsi di Kalimantan dan provinsi di Sulawesi memiliki permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang kompleks. 

Untuk mencapai target WHO tahun 2020 yaitu terutama target untuk menurunkan indeks DMFT diperlukan program preventif dibidang kesehatan gigi dan mulut yang komprehensif yaitu program yang dapat memutus faktor-faktor penyebab penyakit kesehatan gigi dan mulut terutama karies gigi, program yang dapat mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh pada penyakit kesehatan gigi dan mulut, program preventif yang sesuai dan dapat diterapkan dengan demografi, kebudayaan dan sistem yang ada di Indonesia serta mampu menyentuh ke berbagai lapisan masyarakat terutama masyarakat kelas bawah. 

Program yang cocok untuk Indonesia Jika saya diminta ibu menteri kesehatan untuk membuat program promotif dan preventif bagi kesehatan gigi dan mulut yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia, maka saya akan melakukan : 

1. Dari aspek promotif Promotif Kesehatan dapat kita lihat dalam konteks Pendekatan Individual maupun Pendekatan Komunitas. Promotif Kesehatan dalam konteks Pendekatan Individual dapat dilihat dari aspek Pasien itu sendiri sebagai individu maupun dari segi Dental Profesional dimana Dokter Gigi maupun Perawat Gigi sebagai pelaksana. 

Promosi Kesehatan bagi Pasien berupa Rencana Diet, Kebutuhan Pasien akan Pelayanan Preventif dan Kunjungan Pemeriksaan Kesehatan Gigi berkala. Sedangkan Upaya Promotif dari Dental Profesional berupa Edukasi Pasien, Program Kontrol Plak, Konseling Diet, 

2. Dari aspek preventif, Preventif adalah tindakan yang dilakukan untuk pencegahan masalah kesehatan gigi dan mulut 
  • Program pasta gigi berfluoride untuk daerah-daerah pedalaman yang masih menggunakan bahan-bahan alam untuk menyikat gigi, jika dianggap pasta gigi bertentangan dengan keyakinan dapat menggunakan siwak yang juga mengandung fluoride atau bahan alam lain yang mengandung fluorie 
  • Menjalankan program konseling dan kontrol diet terutama makanan yang mengandung gula, pemakaian tembakau dan jenis2 makanan lain yang merusak kesehatan mulut baik serta penerapan pola makan yang sehat dan seimbang terutama makanan- makanan yang baik untuk kesehatan mulut lewat PUSKESMAS maupun lewat sekolah dengan UKGS. 
  • Pelaksanaan program UKGS yang berkesinambungan untuk melakukan kontrol kesehatan gigi dan mulut pada siswa-siswa sekolah. UKGS di Indonesia belum berjalan dengan optimal terutama di sekolah-sekolah tingkat lanjut seperti SMP dan SMA. 
  • Program kesehatan gigi dan mulut harus berintegrasi dengan program-program lain di puskesmas misalnya program KIA dan gizi. Dengan demikian aspek kesehatan gigi dan mulut dapat dengan lebih mudah diterima oleh masyarakat karena menyagkut aspek kesehtan yang lain. Misalnya program preventif BBLR pada ibu hamil dengan pemeriksaan rutin kesehatan jaringan periodontal di buku KIA.

C. 5 TEKNOLOGI BARU UNTUK PERAWATAN GIGI DAN MULUT

1. High-tech X-ray 

Bagi Anda yang membayangkan X-ray atau rontgen adalah model tulang di atas lembaran hitam putih, sekarang bayangkan model gigi Anda yang berada di atas lembaran tersebut. Banyak dokter gigi yang sudah mulai memakai X-ray digital untuk menggantikan penggunaan radiografi tradisional. X-ray digital lebih cepat dan lebih efisien dibandingkan dengan radiografi tradisional.

Bagaimana cara kerja x-ray digital?

Pertama-tama, x-ray digital menggunakan sensor elektronik atau piring fosfor yang diletakkan di mulut pasien untuk mengambil gambar. Gambar digital ini nantinya dipindai ke komputer. Para dokter gigi nantinya bisa menyimpan gambar digital ini di komputer untuk dibandingkan dengan gambar sebelumnya, atau gambar yang akan diambil di masa datang untuk melihat kesehatan gigi Anda dari masa ke masa. Dan karena bantuan sensor dan piring fosfor yang sensitif terhadap X-ray, dosis radiasi dapat berkurang banyak.

Apa kegunaan X-ray digital?

X-ray digital dapat digunakan untuk mencari apakah ada gigi yang berlubang, selain itu, X-ray digital ini dapat melihat kekuatan tulang di bawah gigi yang menyokong gigi. Para dokter gigi juga bisa menggunakan teknologi ini untuk melihat tempat peletakkan implan. Implan gigi adalah memasukkan gigi artifisial ke dalam implant (yang terbuat dari titanium) yang diletakkan di rahang. X-ray digital juga dapat digunakan untuk membantu dokter gigi ahli saluran akar gigi untuk melihat apakah si dokter gigi ini sudah membersihkan saluran tersebut secara bersih seluruhnya selama prosedur berlangsung. 

2. Laser untuk mendeteksi gigi berlubang

Biasanya, dokter gigi menggunakan alat yang disebut “explorer” untuk melihat apakah ada gigi berlubang di gigi pasien. Alat tersebut digunakan dengan cara diletakkan secara bergantian di gigi Anda selama check up. Bila alat tersebut menyangkut di salah satu gigi Anda, dokter gigi akan melihat lebih teliti dibagian gigi tersebut untuk melihat apakah ada tanda-tanda gigi berlubang.

Saat ini, banyak dokter gigi yang meninggalkan alat “explorer” ini dan beralih ke diode laser, teknologi canggih yang dapat mendeteksi dan menghilangkan gigi berlubang. Laser ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kerusakan di gigi Anda. Setelah itu, dokter gigi dapat memilih, apakah si dokter gigi akan mengontrol gigi tersebut, atau membandingkan level kerusakan gigi tersebut dengan pemeriksaan-pemeriksaan berikutnya, atau menganjurkan untuk menambal gigi berlubang tersebut.

Bagaimana cara laser ini bekerja?

Ketika gigi yang sehat terekspos dengan gelombang pada diode laser, gelombang tersebut tidak menampilkan warna pada monitor, sehingga di monitor terlihat gelombang yang rendah. Akan tetapi, bila ada gigi berlubang, maka gelombang akan menampilkan warna pada monitor sesuai dengan tingkat kerusakan gigi Anda. Semakin rusak gigi Anda, semakin tinggi gelombang yang terlihat di monitor.

Diode laser ini tidak selalu hanya mendeteksi gigi yang sudah terlihat jelas berlubang, bisa juga laser ini mendeteksi kerusakan gigi terlebih dahulu sebelum terlihat. Perlu diingat bahwa alat ini tidak bisa menggantikan X-rays. Laser ini hanya dapat mendeteksi kerusakan gigi pada permukaan gigi. Sedangkan untuk mendeteksi kerusakan di bagian tengah atau dalam gigi, maka harus menggunakan X-rays.

3. Teknologi computer-assisted design (CAD)/computer-assisted manufacture (CAM)

Alat ini berfungsi untuk mempercepat proses pembuatan dan pemasangan gigi palsu. Biasanya, kalau pasien butuh gigi palsu, maka dokter gigi harus membuat cetakan gigi Anda lalu memberikan gigi palsu sementara. Setelah menunggu beberapa waktu, baru Anda dapat mendapatkan gigi palsu yang permanen. Dengan teknologi CAD/CAM ini, gigi Anda dapat diberi lubang untuk memberi tempat untuk gigi palsu dan langsung difoto oleh komputer. Gambar yang diambil tersebut lalu dipindai oleh mesin yang langsung membuat gigi palsu saat itu juga. Jadi, Anda dapat menghemat waktu untuk memasang gigi palsu tanpa perlu bolak-balik beberapa kali ke dokter gigi.

4. Perawatan untuk gigi patah

Kalau gigi Anda patah, saat ini teknologi dapat membuat gigi Anda diperbaiki dengan tetap terlihat natural dibanding dengan teknologi-teknologi sebelumnya. Saat ini, bagian gigi yang patah akan dilapis dengan resin, yang terlihat lebih berkilau dan lebih tahan lama dibanding dengan bahan yang digunakan untuk perbaikan gigi patah sebelumnya. Biasanya, dokter gigi akan melapiskan resin di gigi yang patah untuk merekatkan dan memperbaiki gigi yang patah. Karena warna resin memiliki range yang cukup banyak, resin ini dapat menyatu dan terlihat mirip dengan warna asli gigi. 

5. Pasta gigi yang dapat mengembalikan mineral yang hilang

Pasta gigi yang bisa berfungsi untuk mengembalikan mineral yang hilang, membantu menanggulangi gigi berlubang, dan mengobati sensitivitas gigi Anda ketika tidur ini sudah dapat dibeli secara online atau dari distributor di dokter gigi spesialis. Produk ini diprediksi akan dijual di supermarket akhir tahun ini.

Apa bedanya pasta gigi ini dengan pasta gigi biasa?

Pasta gigi ini mengandung BioMInF. BioMInF ini sendiri berfungsi untuk mengeluarkan kalsium, fosfat, dan fluoride secara bertahap selama 8-12 jam untuk membentuk mineralfluorapatite. Fluorapatite ini berfungsi untuk membangun, menguatkan, dan melindungi struktur gigi. Fluoride yang dikeluarkan secara bertahap juga bermanfaat untuk menanggulangi gigi berlubang. Berbeda dengan pasta gigi biasa yang kandungan fluoride-nya tidak lagi bekerja secara efektif setelah 2 jam gosok gigi. Professor Robert Hill dari Queen Mary, University of London yang memimpin penemuan BioMInF ini menyatakan bahwa pasta gigi ini dapat membantu gigi Anda untuk lebih kuat ketika “bertemu” dengan minuman seperti jus buah dan soda, atau memakan atau meminum produk yang dingin.

tambahan materi

1.menambahkan peta 2.menambahkan vidio

kesehatan gigi dan mulut




 Kesehatan mulut merupakan hal yang penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Mulut sehat berarti terbebaskan kanker tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi ,kerusakan gigi, kehilangan gigi, dan penyakit lainnya, sehingga tidak terjadi gangguan yang membatasi dalam menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara, dan kesejahteraan psikososial (Rejeki S & Nurulistyawan TP, 2008).

 Salah satu kesehatan mulut adalah kesehatan gigi (Widayati N, 2014). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi rata-rata penduduk Indonesia usia 5-9 tahun bermasalah gigi dan mulut sebesar 28,9% dengan presentasi tertinggi sebesar 30,5% pada usia 35-44 tahun (Depkes,2013).

 Hal ini membuktikan presentasi masalah gigi dan mulut usia 5-9 tahun cukup tinggi. Masalah yang sering di jumpai di Indonesia adalah karies. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan tahun 2007, sebanyak 75% gigi masyarakat Indonesia mengalami karies gigi (gigi berlubang). Angka ini, dengan kata lain memperlihatkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena 43% penduduk Indonesia memiliki gigi berlubang yang tidak dirawat (Sariningsih,2012). Menurut Menurut Behrman, dkk (1999).
 Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya gigi baru. Anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah.Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anggota keluarga terutama anak.Orang tua harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies gigi.

Pengetahuan mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003)
 Pengetahuan orang tua sangatlah penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposesi dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Eriska, 2005).

 Status kesehatan seseorang atau masyarakat, termasuk kesehatan gigi dan mulut, dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik, biologis, sosial), perilaku dan pelayanan kesehatan (Notohartojo & Ghandi,2010).
Faktor perilaku memagang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi lebih sering dijumpai pada anak- anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, Ibu/bapak tunggal, dan tingkat pendidikan orang tua yang rendah (Dalia H).


DAFTAR PUSTAKA
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.2013.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
John, Besford. 1996. Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua.Jakarta:ARCAN
Sariningsih, E., 2012. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini . Jakarta : PT Gramedia.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta : PT Rineka Cipta

Notohartojo, TI., dan Ghani, L.,2010. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau dari Faktor  Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007. Buletin Penelitian kesehatan, 38(2),56-66.

Nowank, A.J. 1995. Dentistry for the Handicapped and Sindrome Patient. St. Louis:
The Mosby Company.

Manson, J.D. dan B.M. Elley. 1993. Buku Ajar Periodonsia. Terjemahan Anastasia S.
Dari Outline of Periodontic. 1989. Alih bahasa : Jakarta :Hipocrates.